Diary. Tertawalah teman, tak mengapa, karena aku tidak berhak
membuat aturan untuk melarangmu tertawa. Menyebut aku garang teriak-teriak di jalan, potongan celana robek, namun melankolis. Hal itu
karena kau dapati aku lelaki penulis catatan harian. Seberapa besar pun
kekuatan seseorang untuk sendiri, ia membutuhkan tempat berbagi. Diary saranaku
menulis, memuntahkan isi kepala, apa yang kurasa, mengolah kata dan memainkan
gaya bahasa sesuai dengan apa yang hati rasakan tanpa ditutup-tutupi. Menulis
kata-kata penuh kejujuran.
**
Kemarilah, bila kau ingin singgah,
tanpa sungkan aku mempersilahkanmu, buka pintu bagimu, kau akan temukan aku
seutuhnya, aku bertutur jujur di rumahku. Buku diaryku, catatan harianku.
Rangkaian kronologis tersusun rapi. Silakan bila kau ingin membacanya, rahasia
yang kau tidak ketahui ada disini.
***
1. Kendalikan emosimu jangan sampai air
matamu membasahi lantai rumahku. Lalu terbalik, kau yang jadi melankolis penuh
haru. Di lembaran kertas aku menuliskan:
“aku mengenalmu sebagai pribadi yang baik, apapun yang kau
lakukan teman, tidak pernah terbesit benci untukmu, justru aku berterima kasih
karena kau hadir melengkapi kronologis peristiwa yang aku tulis disini. Sanjung
puji untuk mu, teman”
2. Kendalikan marahmu, jangan sobek
tirai gorden diaryku. Matamu membaca kalimat-kalimat yang aku tulis di halaman
berikutnya. Aku mencela dan menertawaimu dengan cara yang elegan, semata karena
kau tidak paham akan manfaat dari menulis diary.
“betapa kelirunya orang
yang mencela, dan malu menulis diary, padahal disini adalah tempat belajar
menulis. Menulis dari hal yang sederhana, dan kemudian beranjak menulis hal-hal
yang rumit.”
****
Oh iya sebenarnya kau lupa satu hal, aku sering membaca
kicauanmu, tulisan-tulisanmu di dinding, serta berbagi foto-foto menjadi
kronologi, kau menuliskan kondisi yang sedang kau jalani, pikirkan, dan
rasakan. Tanpa kau sadari, kau sendiri juga telah menjelma menjadi penulis
catatan harian. Hanya saja aku masih gemar menggunakan sebuah buku,
menuliskannya dengan pena, sedangkan kau, ah aku tidak mau merincikannya lagi,
aku rasa kau cukup paham.
*****
Aku
menikmati menulis diary karena aku pemilik banyak mimpi dan salah salah satu
mimpiku adalah menjadi penulis. Aku terus bersemangat menggunakan pena,
menggunakan jari untuk mengetik, akan kutulis gemericik air, udara dingin, kabut
senja, sampai daun gugur. Aku menginginkan satu hari nanti saat kau jalan jalan
ke toko buku, ada kau temukan namaku di salah satu buku yang terpajang disana.
Nanti waktu itu tiba, aku akan terus mengingatkanmu, aku memulainya dari
menulis diary, catatan harian. Tapi itu nanti, aku masih belajar menulis
hal-hal kecil dulu disini, dan sementara belajar memasuki pintu untuk menulis
hal yang besar. Menulis adalah fase selanjutnya dari membaca, dan memang
menulis adalah bekerja untuk keabadian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)