Minggu, 04 Mei 2014

Just Do Something (Jilid 3)



Cara yang lebih baik berjalan dalam kehendak Allah:

"Jangan khawatir, carilah kerajaan Allah"

Yesus tidak ingin khawatir mengenai masa depan.  Allah mengetahui apa yang kita perlukan untuk hidup.  Ketika Dia menghendaki kita meninggal, kita akan meninggal.  Kekhawatiran dan kecemasan tidak sekedar merupakan kebiasaan buruk atau keganjilan.  Kecemasan dan kekhawatiran mencerminkan hati kita yang tidak memercayai kebaikan dan kedaulatan Allah.
Berjalan dalam kehendak Allah berarti terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka:
  1.  Kehendak Allah bertujuan supaya kita hidup dalam Roh. 
  2. Supaya kita selalu bersukacita, berdoa, dan mengucapkan syukur.
  3. Supaya kita mengetahui kehendak Allah sehingga kita berbuah dan mengenalNya dengan baik.
  4. Kehendak Allah adalah agar kita dipenuhi dengan Roh kudus.

Jadi simpulannya, menikahlah dengan seseorang, asalkan kita adalah pasangan yang sepadan dan menikmati kebersamaan satu sama lain.  Kehendak Allah bagi kehidupan kita tidaklah terlalu rumit.  Memang, hidup dalam keserupaan dengan Kristus merupakan hal yang tidak mudah dan mengikut Kristus memerlukan tanggung jawab besar yang tidak selalu jelas dalam segala situasi.  Tetapi sebagai suatu prinsip yang menyeluruh, kehendak Allah bagi kehidupan kita sudah cukup jelas: Jadilah kudus seperti Yesus, dengan kuasa Roh kudus, bagi kemuliaan Allah.

Bagaimana Allah membimbing kita?
Pernyataan pertama, Allah membimbing kita dengan pemeliharaanNya yang tidak terlihat disepanjang waktu.  Dia telah memberikan keberhasilan kepada kita minggu ini karena suatu alas an.  Dia telah menghadirkan kesulitan dalam kehidupan kita minggu ini untuk alas an tertentu. 
Pernyataan kedua, Allah dapat berbicara kepada umatNya dengan berbagai cara yang berbeda, yang membimbing manusia dengan kerjasama secara sadar. 
Pernyataan ketiga, Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan putraNya.  Ini berarti bahwa penyelamatan telah dilengkapi didalam PutraNya.  Penilaian Allah atas dosa dapat dilihat dalam penilaianNya atas Kristus.  Penyaliban menyampaikan dengan lantang tentang pengampunan Allah atas para pendosa. 
  
Seorang pria berusia 91 tahun meninggal karena  menunggu kehendak Allah
Tupelo, Misisipi-walter Houston, yang digambarkan oleh para anggotaa keluarganya sebagai seorang Kristen yang taat, meninggal pada hari senin pagi setelah menunggu pimpinan yang jelas dari Allah selama 70 tahun untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya.  Dia banyak menghabiskan waktu berdoa, namun tidak pernah merasa puas karena doanya tak kunjung dijawab.  Kakek ini tidak pernah memahami hidupnya tetapi merasa puas dengan berdoa tanpa henti tentang apa yang dia ingin lakukan bagi Tuhan.  Setiap kali dia akan mengambil tindakan, dia mundur kebelakang, karena dia tidak ingin mengecewakan Tuhan atau melawan kehendakNya dengan cara apapun. 


Cerita diatas adalah berita dari sebuah surat kabar fiktif yang sering memuat tentang kehidupan lucu orang Kristen namun bisa jadi cerita itu nyata. Singkatnya cerita diatas ingin membukakan kepada kita bahwa didalam kehidupan kita terkadang kita tidak sadar, tidak pernah berbuat apa-apa dalam kehidupan kita dengan alas an bahwa sedang menunggu kehendak Allah dalam kehidupan kita. 

Bukalah pintu dan janganlah takut untuk mengetuk
Sasaran yang rendah hati dan rencana yang tidak kaku merupakan hal yang baik.  Mengharapkan Allah membantu kita dengan beberapa trik merupakan hal yang buruk.  Janganlah berdoa demikian: ”Tuhan, apabila Engkau menginginkanku untuk pergi berkencan, maka buatlah professor saya membatalkan semua tugasnya pada akhir pekan ini.  Apabila Engkau tidak melakukannya, maka aku akan berkata pada Josh ‘Tuhan tidak mengijinkan kita untuk berkencan.’

Acak itu acak dan akan selalu acak
Sayangnya, beberapa umat Kristen lebih memercayai sabda Tuhan ketika sabda Tuhan tersebut dipilih secara acak daripada dibaca bab demi bab, hari demi hari.  Andaikan kita adalah seorang yang sedang berjuang melawan pornografi dalam diri kita.  Kita merasa jauh dari Allah dan tidak membaca Alkitab selama berminggu minggu.  Tapi kita merasa tersentuh untuk membacanya pagi ini. Jadi kita mengambil Alkitab dan tidak tahu harus memulai darimana, memutuskan untuk membaca khotbah diatas bukit.  Dengan sengat cepat, kita sampai pada matius 5:8, “berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”  Seketika kita merasa tertusuk sampai ke hati, benar-benar merasa bersalah sebagai akibatnya kita merasa bersalah atas ketidaksucian kita dan merasa kehilangan penglihatan akan Allah.  Sekarang, apakah Allah ingin kita membaca ayat terseut pada saat itu? Tentu saja Allah dapat menggunakan ribuan ayat lainnya untuk berbicara kepada kita namun Dia menggunakan ayat tersebut untuk berbicara secara spesifik kepada kita.  Allah melakukan hal semacam itu disetiap waktu.  Dia membawa ayat-ayatNya ke dalam pikiran kita.  Dia menyampaikan khotbah yang kuat ketika kita sangat membutuhkannya.  Dia mengarahkan kita pada bacaan kitab suci yang menyatakan apa yang dia ingin katakan. 

Jadi permasalahannya bukanlah kemampuan Allah yang misterius untuk mengarahkan kita pada ayat yang tepat.  Permasalahannya bukan hanya pada memperlakukan ayat yang acak sebagai ayat yang lebih suci dibandingkan jenis bacaan lainnya dalam alkitab melainkan juga membawa ayat tersebut keluar dari konteksnya dan membuatnya menyatakan hal yang tidak pernah dimaksudkannya. 

Mungkin kita pernah mendengar lelucon tentang seseorang yang sedang menginginkan firman Tuhan secara khusus bagi dirinya dan yang terjadi justru dia menemukan matius 27:5 dimana dikatakan bahwa Yudas” lalu pergi dari situ dan menggantung diri.”  Merasa tidak puas dengan sabda hari ini, orang ini membuka halaman lain dalam alkitab, dimana matanya meliha Lukas 10:37, “Kata Yesus kepadanya:’pergilah, dan perbuatlah demikian’!” 

Kehidupan yang tidak sia-sia
Kitab pengkhotbah mungkin tampak sebagai kitab yang aneh, namun sesungguhnya jauh lebih relevan.  Terlalu banyak diantara kita yang mengejar angin, mencari kepuasan dalam pekerjaan, keluarga, dan kesuksesan, semuanya merupakan hal yang baik, namun semuanya tidak memberikan kepuasan yang berarti.

Kehendak Allah atas kehidupan kita lebih mudah dan lebih sederhana, lebih keras, dan lebih mudah daripada yang kita bayangkan.  Sederhana, karena tidak ada rahasia yang perlu kita buka.  Lebih keras, karena penyangkalan diri kita, melayani orang lain, dan mematuhi Allah lebih sulit daripada mengambil pekerjaan yang baru dan berpindah kekota lain.


Jadi akhir permasalahannya adalah seperti ini : Hiduplah bagi Allah.  Taatilah kitab suci.  Pikirkanlah orang lain sebelum memikirkan diri kita sendiri.  Jadilah kudus.  Kasihilah Yesus.  Dan ketika kita melakukan semua hal ini, lakukanlah apa pun yang kita sukai, dengan siapa pun yang kita sukai, dan kita akan berjalan dalam kehendak Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)