5
Pendekatan umum untuk mengetahui kehendak Allah :
Pertama, sebagian besar cara kita menemukan kehendak Allah berfokus
pada keputusan-keputusan non-moral atau non-etis. Maksudnya mengenai keputusan-keputusan
diantara dua pilihan atau lebih, yang diantara semuanya tidak ada yang dilarang
dalam kitab suci. BUkan berarti kita
mengabaikan mempertimbangakan hal memilih karir dsb, tetapi kita seharusnya
menggunakan lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan bagaimana kita bisa
bertindak dengan adil, mengasihi dengan kemurahan hati, dan berjalan bersama
Allah dengan kerendahan hati.
Kedua, Pemahaman mengenai kehendak Allah yang biasa dimiliki adalah
Allah mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan. Dia memiliki rencana yang sempurna bagi
kehidupan bagi kehidupan kita dan Dia akan menuntut pertanggungjawaban kita
jika tidak mengikuti kehendakNya. Tetapi
Dia tidak akan menunjukkan pada kita apakah kehendakNya itu. Dia berharap kita dapat menemukannya
sendiri. Pada akhirnya kita menjadi
frustasi terhadap Allah karena Dia tidak menunjukkan pada kita apa yang Dia
inginkan. Dan kita berakhir pada kekecewaan dan marah pada Tuhan ketika kita
tak kunjung mendapatkan apa yang menjadi kehendakNya.
Ketiga, banyak orang Kristen memperlakukan Allah tidak berbeda
dengan cara kita melihat horoskop. Kita
datang padanya dan bertanya apakah si A baik untuk saya atau si B? kita menjadi orang yang tidak hanya
menginginkan firmanNya tapi juga kita ingin Dia
menunjukkan pada kita dari awal sampai akhir dan membuktikan pada kita
bahwa Dia dapat dipercayai. Kita lebih
ingin mengetahui apakah yang akan terjadi hri esok, bukannya puas dengan
ketaatan dalam perjalanan kita. Oleh
karena kita terobsesi dengan masa depan maka kita menjadi khawatir, karena
kekhawatiran sesungguhnya adalah hidup dalam masa depan sebelum kita sampai
disana.
Keempat, mencoba ingin mengetahui kehendak Allah sama juga dengan
mencoba meruntuhkan tanggung jawab pribadi.
Kita perlu berhati-hati bahwa kita tidak menggunakan Allah sebagai kartu
truf dalam semua keputusan kita. bukan
berarti karena kita sudah berdoa, keputusan-keputusan kita pasti benar. Seperti contoh; terkadang kita berkata “Allah
member tahu saya untuk melakukan ini” atau “Allah memimpin saya kesini” hal ini
menempatkan keputusan kita diluar jangkauan kritik atau koreksi. Kita seharusnya memilih ungkapan seperti ini,
“saya sudah mendoakannya dan ini tampaknya yang terbaik” atau “tampaknya Allah
sedang memimpin” ini cara yang lebih baik untuk mengungkapkan kebergantungan
kita pada Allah.
Apakah
hal di atas berarti bahwa firman Allah tidak mengatakan apa pun mengenai
bagaimana kita hidup dan membuat keputusan? Tentu saja tidak. Tetapi jika sampai pada keputusan sehari-hari
kita, bahkan banyak keputusan “besar” dalam kehidupan, Allah mengharapkan dan
mendorong kita untuk membuat pilihan, yakin bahwa Dia telah menetapkan
bagaimana menyesuaikan pilihan-pilihan kita dengan kehendak kedaulatanNya.
Kelima, Keputusan kita kadang kala subjektif. Itu tidak selamanya buruk. Kadang jala kita berjalan denagn firasat,
suatu intuisi, atau perasaan. Memang
tidak selamanya buruk ketika kita memutuskan untuk membuat suatu keputusan
berdasarkan firasat. Yang buruk adalah
kita menjadi budak dari subjektivisme, sehingga kita tidak pernah mengambil
resiko karena kita tidak pernah merasakan kedamaian darinya atau kita
mempertanyakan kembali keputusan kita disebabkan kita merasa kesulitan
karenanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)