Minggu, 04 Mei 2014

Just Do Something (Jilid 2)



5 Pendekatan umum untuk mengetahui kehendak Allah :


Pertama, sebagian besar cara kita menemukan kehendak Allah berfokus pada keputusan-keputusan non-moral atau non-etis.  Maksudnya mengenai keputusan-keputusan diantara dua pilihan atau lebih, yang diantara semuanya tidak ada yang dilarang dalam kitab suci.  BUkan berarti kita mengabaikan mempertimbangakan hal memilih karir dsb, tetapi kita seharusnya menggunakan lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan bagaimana kita bisa bertindak dengan adil, mengasihi dengan kemurahan hati, dan berjalan bersama Allah dengan kerendahan hati.

Kedua, Pemahaman mengenai kehendak Allah yang biasa dimiliki adalah Allah mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan.  Dia memiliki rencana yang sempurna bagi kehidupan bagi kehidupan kita dan Dia akan menuntut pertanggungjawaban kita jika tidak mengikuti kehendakNya.  Tetapi Dia tidak akan menunjukkan pada kita apakah kehendakNya itu.  Dia berharap kita dapat menemukannya sendiri.  Pada akhirnya kita menjadi frustasi terhadap Allah karena Dia tidak menunjukkan pada kita apa yang Dia inginkan. Dan kita berakhir pada kekecewaan dan marah pada Tuhan ketika kita tak kunjung mendapatkan apa yang menjadi kehendakNya.

Ketiga, banyak orang Kristen memperlakukan Allah tidak berbeda dengan cara kita melihat horoskop.  Kita datang padanya dan bertanya apakah si A baik untuk saya atau si B?  kita menjadi orang yang tidak hanya menginginkan firmanNya tapi juga kita ingin Dia  menunjukkan pada kita dari awal sampai akhir dan membuktikan pada kita bahwa Dia dapat dipercayai.  Kita lebih ingin mengetahui apakah yang akan terjadi hri esok, bukannya puas dengan ketaatan dalam perjalanan kita.  Oleh karena kita terobsesi dengan masa depan maka kita menjadi khawatir, karena kekhawatiran sesungguhnya adalah hidup dalam masa depan sebelum kita sampai disana.

Keempat, mencoba ingin mengetahui kehendak Allah sama juga dengan mencoba meruntuhkan tanggung jawab pribadi.  Kita perlu berhati-hati bahwa kita tidak menggunakan Allah sebagai kartu truf dalam semua keputusan kita.  bukan berarti karena kita sudah berdoa, keputusan-keputusan kita pasti benar.  Seperti contoh; terkadang kita berkata “Allah member tahu saya untuk melakukan ini” atau “Allah memimpin saya kesini” hal ini menempatkan keputusan kita diluar jangkauan kritik atau koreksi.  Kita seharusnya memilih ungkapan seperti ini, “saya sudah mendoakannya dan ini tampaknya yang terbaik” atau “tampaknya Allah sedang memimpin” ini cara yang lebih baik untuk mengungkapkan kebergantungan kita pada Allah. 

Apakah hal di atas berarti bahwa firman Allah tidak mengatakan apa pun mengenai bagaimana kita hidup dan membuat keputusan? Tentu saja tidak.  Tetapi jika sampai pada keputusan sehari-hari kita, bahkan banyak keputusan “besar” dalam kehidupan, Allah mengharapkan dan mendorong kita untuk membuat pilihan, yakin bahwa Dia telah menetapkan bagaimana menyesuaikan pilihan-pilihan kita dengan kehendak kedaulatanNya. 

Kelima, Keputusan kita kadang kala subjektif.  Itu tidak selamanya buruk.  Kadang jala kita berjalan denagn firasat, suatu intuisi, atau perasaan.  Memang tidak selamanya buruk ketika kita memutuskan untuk membuat suatu keputusan berdasarkan firasat.  Yang buruk adalah kita menjadi budak dari subjektivisme, sehingga kita tidak pernah mengambil resiko karena kita tidak pernah merasakan kedamaian darinya atau kita mempertanyakan kembali keputusan kita disebabkan kita merasa kesulitan karenanya. 

Jika sungguh-sungguh ada kehendak Allah yang sempurna yang harus kita temukan, yang mana didalamnya kita akan menemukan kebebasan dan kepuasan yang dahsyat, mengapa kelihatannya setiap orang yang mencari kehendak Allah justru berada dalam ikatan dan kebingungan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)