Shalom PMKOers
Kali ini mimin mau berbagi tentang ketekunan. Apa itu ketekunan? Mengapa kita membutuhkan ketekunan? dan Apa yang akan kita dapatkan ketika kita tekun???
Mari membaca....
Sebelumnya mari kita membuka Alkitab dulu, dari Ibrani 10:36
"Sebab
kamu memerlukan ketekunan,
supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang
dijanjikan itu"
![]() |
Sumber: Google |
Apa itu tekun??
Tekun adalah keputusan atau
ketetapan hati yang kuat (teguh) untuk bersungguh-sungguh, rajin, dan tuntas
dalam melakukan apa pun. Orang yang tekun tidak mudah mendua hati. Ia adalah
seorang yang berfokus, konsisten dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang
sedang dikerjakannya. Firman Tuhan menjelaskan bahwa, orang yang tekun sajalah
yang akan menghasilkan buah (Luk. 8:15).
Banyak orang Kristen yang sangat merindukan agar
janji-janji Tuhan dalam hidupnya dapat mereka peroleh. Mereka bahkan mengatakan
telah “melakukan kehendak Tuhan”. Namun demikian, sekalipun telah melakukan
kehendak Tuhan, jika tidak disertai ketekunan, janji-janji-NYA tidak akan
diperoleh.
Ada dua jenis ketekunan: ketekunan yang pasif
dan ketekunan yang berjuang. Ketekunan yang pasif sifatnya hanya menghabis-habiskan
waktu, dan menunggu saja secara pasif hasil akhirnya. Contoh ketekunan seperti
itu adalah ketekunan yang dimiliki orang-orang yang ditawan, para tahanan, atau
secara umum mereka yang telah tertawan dalam situasi yang mereka terima begitu
saja secara pasif.
Lawan dari ketekunan yang
pasif adalah ketekunan yang berjuang, ketekunan seorang pejuang yang tujuannya
adalah meraih kemenangan, yang rela menanggung semua kesukaran dan penderitaan
yang mungkin harus ditanggungnya dalam sebuah pertandingan. Ia mungkin saja
terluka namun ia rela menanggung segala sesuatu demi untuk mencapai misinya.
Saya percaya inilah jenis ketekunan yang Allah bicarakan dalam Firman-Nya.
Bukan ketekunan tanpa pengharapan atau ketekunan tanpa tujuan yang Allah ingin
agar kita miliki.
Mengapa kita membutuhkan ketekunan?
Untuk memulainya, mari kita melihat Ibrani
12:1-2. Di sana kita membaca:
Ibrani 12:1-2
“Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang
mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
merintangi kita, dan berlomba
dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita
melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam
iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang
dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan
bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah"
Ada sebuah perlombaan yang
diwajibkan bagi kita, dan kita harus melakukannya dengan tekun dengan mata yang
tertuju kepada Yesus, yang dengan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia. Sesungguhnya bila kita merenungkan tentang ketekunan
Kristus, Ia tidak pernah melakukan yang jahat kepada siapa pun. Sebaliknya, Ia
menyembuhkan orang yang lumpuh, Ia membangkitkan orang mati, dan Ia selalu
melakukan kehendak Allah. Namun, Ia dianiaya dan disiksa melebihi siapa pun,
sampai pada puncaknya Ia disalibkan. Bukankah Kristus punya banyak alasan untuk
marah dan berhenti oleh karena orang-orang yang Dia layani telah
memperlakukan-Nya dengan begitu kejam? Sekalipun dapat, Ia tidak pernah
melakukannya. Sebaliknya, DIA TEKUN MENANGGUNGNYA. Orang rela menanggung
penderitaan apabila menganggap tujuan yang akan dicapai jauh lebih berharga
dari penderitaan yang sekarang dialaminya. Inilah yang Yesus lakukan. Ia rela
menanggung penderitaan dan hinaan, dengan mata yang tertuju pada tujuan, yaitu
keselamatan kita yang hanya dimungkinkan melalui jalan penderitaan-Nya. Dialah
teladan kita dalam hal ketekunan. Kepada Dialah mata kita tertuju tatkala kita
berlomba dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita dengan memandang
ketekunan-Nya sebagai teladan.
Teladan ketekunan yang lain selain Tuhan adalah Ayub
Kisah lengkap tentang Ayub dapat kita baca dalam
kitab Ayub. Iblis diizinkan menguji Ayub dengan cara yang kejam. Sesungguhnya
semua yang manusia anggap sebagai berkat, dirampas dari kehidupan Ayub.
Anak-anaknya meninggal. Rumahnya hilang. Dia sendiri sakit parah, istrinya pun
mencemooh serta memintanya mengutuki Allah lalu mati. Seakan-akan belum cukup,
tiga sahabat Ayub yang sekalipun datang untuk menghiburnya, mereka pun mencoba
meyakinkan Ayub bahwa semua yang terjadi adalah sebagai akibat dari kesalahan
Ayub sendiri. Namun, Alkitab mengatakan bahwa Ayub tetap tekun. Seperti yang
kita baca di bagian akhir kitab Ayub, setelah semua penderitaan dan kesukaran
yang dialaminya, Ayub berhasil lulus dalam ujian imannya.
Mengikuti teladan Ayub, iman kita tidak boleh
tergantung pada benda, pada apa yang kita miliki atau pada apa yang ingin kita
miliki. Iman semacam itu adalah iman yang bersyarat. Sebaliknya, kita harus
menyerahkan semua bagian hidup kita kepada Allah. Bagi Dia, “kita telah dipenuhi”(Kolose 2:10)
saat ini. Apa masalah yang sekarang Anda hadapi? Apakah masalah kesehatan,
kesepian, pekerjaan, atau berbagai masalah lainnya? Bagi Allah, Anda sekarang telah “dipenuhi di dalam Dia (Kristus)”.
Sebelum Dia memberi Anda berkat-berkat yang lain, Ia menyatakan bahwa
sesungguhnya Anda sudah DIPENUHI karena Anda percaya kepada Anak-Nya.
Bagi banyak orang, berkat yang dimiliki
seseorang adalah ukuran dari imannya. Jadi, ketika ia kehilangan kesehatan atau
hartanya, sangat sulit bagi kita untuk menolongnya. Kita yang berusaha
menolongnya pun pada akhirnya menjadi seperti teman-teman Ayub yang bukannya
menghibur malahan mengeluarkan kata-kata yang menghakimi. Tentunya tidak salah
bila orang sangat diberkati dalam segala hal. Tetapi kepenuhan kita bukanlah bergantung pada seberapa banyak berkat
materi yang kita miliki. Firman Allah berkata, “Ia tidak menahan
kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela” (Mazmur 84:11) dan "Ia telah
menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh
oleh pengenalan kita akan Dia” (2 Petrus 1:3). Pada akhirnya, Allah memulihkan
keadaan Ayub (Ayub 42:10). Bayangkan sukacita Ayub ketika ia disembuhkan,
menerima dua kali lipat dari segala kepunyaannya, mendapatkan banyak anak lagi,
dan lain sebagainya. Bayangkan sukacita Kristus ketika kita mengakui Dia
sebagai Tuhan kita. Kristus menderita di kayu salib, Ayub kehilangan segalanya,
tetapi keduanya tidak kehilangan ketekunan mereka sehingga pada akhirnya
ketekunan mereka pun menghasilkan buah yang matang.
![]() |
Sumber: Google |
Bagaimana kita menghasilkan ketekunan??
Pertama, melalui kesengsaraan (Rm. 5:3). Itulah sebabnya Tuhan
kadang kala mengizinkan kita mengalami kesengsaraan dengan tujuan agar Ia dapat
membentuk ketekunan di dalam diri kita.
Kedua, melalui ujian iman (Yak. 1:3). Oleh karena itu, Tuhan
seringkali mengizinkan berbagai pencobaan menimpa hidup kita dengan maksud agar
ketekunan dapat muncul di dalam diri kita.
Ketiga, melalui latihan (bandingkan dengan kehidupan Ayub).
Ketekunan dapat dilatih, karena hal itu adalah ketetapan hati. Sekalipun istri
Ayub mendesak Ayub agar tidak bertekun lagi dalam kesalehannya, namun ia
memutuskan dan menetapkan bahwa ia akan tetap tekun dalam kesalehannya (Ayb.
2:9-10).
Dan setelah kita tekun, apa yang akan kita dapatkan??
Dalam Ibrani 10:36 tadi dikatakan kita akan memperoleh apa yang dijanjikan itu. Ada upah yang besar atas ketekunan dan
kepercayaan kita. Yesus Kristus akan datang kembali dan dari antara kita, bila
kita tidak mengundurkan diri, kita akan mewarisi kerajaan Allah! Terkadang kita
berpikir bahwa di sinilah rumah permanen kita dan kita akan tinggal di sini
selamanya. Namun, kewargaan kita sesungguhnya adalah di dalam sorga (Filipi
3:20). Kita adalah orang-orang yang dipanggil oleh Allah untuk mengenal Dia dan
Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus, karena pengenalan akan yang lain selain Dia
hanyalah sampah (Filipi 3:8). Dialah yang memimpin kita dalam iman dan yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan (Ibrani 12:2). Tempat kediaman kita
di sorga adalah rumah kita yang sesungguhnya dan yang kekal (2 Korintus 5:1).
Inilah realitas yang sesungguhnya, seperti juga hadiah yang belum kita lihat
sekarang, namun yang untuknya kita rela menanggung segala sesuatu demi
memperolehnya, sama seperti peserta pertandingan yang belum melihat hadiahnya
namun dengan tekun berlatih dan mempersiapkan dirinya dalam segala hal untuk
memperolehnya.
"Tekunlah mengerjakan hal-hal kecil sekalipun, karena engkau akan memetik buahnya. dan Jangan lupa untuk tetap tekun bersekutu dengan Tuhan karena itulah kunci kesuksesan yang terutama"
Tuhan Yesus Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)