Sabtu, 06 September 2014

-Ibu, “Wanita Bermental Baja”-

Selamat malam buat semua teman-teman PMKO. Lama tak bersua, mimin dapat kabar dukacita jika salah satu rekan kita, Hendry Bakri harus kehilangan ibu tercinta. Buat teman-teman yang sering tongkrongin blog ini pasti mengenal sosoknya. Beliau salah satu dari beberapa orang yang sering mengirim tulisan buat postingan di blog ini. Berikut salah satu tulisannya mengenai sosok Ibunya...silahkan membaca...
Remang-remang cuaca, ketika laba-laba perak masih tertidur pulas dalam jaring yang membuatnya nyaman, sinar matahari belum mampu menembus sisa-sisa gelap, dan rumput masih basah akibat hujan yang memandikan bumi tadi malam. Seorang wanita telah bangun seiring ayam berkokok menandakan pagi. Melagukan nyanyian sorgawi sambil menaikan syukur pada Sang Khalik  seraya menaikan  sebait doa akan kemahakuasaan Tuhan pada dirinya dan  seorang anak yang dikasihi. Wanita mulia tersenyum memandang buah hatinya yang  masih terlelap dalam bunga mimpi yang indah. Wanita mulia bermental baja membesarkan anak tanpa sosok ayah, demi keagungan Negara gugur berpeluh darah di medan jaya.  Tak ada rasa kecewa, meski Negara mengabaikan jasa, dengan tegar ia bangga pada pria pujaan hati yang telah pergi untuk selamanya, berjuang untuk mempertahankan kedaulatan Negara. “Wanita bermental baja” mampu menanggung pekatnya hidup.

            “bu mengapa ayah harus pergi berperang ? dan mengapa ayah belum juga pulang?? apakah ayah tidak sayang pada kita ?” pertanyaan yang sering ditanyakan bocah kecil kepada “wanita bermental baja”. air mata mengikis belahan pipi yang lembut, ia mampu bertahan akan hidup namun hatinya tak mampu bercerita sejujurnya pada anak yang sangat cintainya. Dia takut anaknya tak sekuat dia, rapuh dan luluh menerima cobaan hidup.

“anakku, kau masih terlalu kecil untuk mengerti,, tapi jika waktunya tiba kau akan mengerti, ayahmu sangat sayang padamu, namun yang harus kau ingat berjuang untuk Negara adalah tugas mulia, serahkan semua jiwa ragamu pada Negara  tanpa pamrih…cepatlah besar, belajarlah yang rajin buat ibu dan ayahmu bangga, ciptakanlah perdamaian, keutuhan dan kemajuan Negara ini ada di tanganmu…buatlah duka jadi senyum..percayalah ayah pasti akan kembali dan ayah sangat menyayangimu “  kata “wanita bermental baja” dalam tangis yang tak bisa terbendung.

Dua Puluh tahun berlalu, kata-kata itu masih terbesit di kepalaku . . .namun aku semakin mengerti betapa mulianya “wanita bermental baja” dan itu ibuku. Aku mengerti Negara membutuhkanku, namun aku tau aku tak akan menunggu kepulangan ayah, karna itu sia-sia, ayah telah pergi untuk selamanya dan aku bangga pada ayah, salam hormatku padamu aku juga mencintaimu . . .mencintai Negara ini, berjanji melanjutkan cita-citamu namun dengan caraku sendiri.

Terima kasih “wanita bermental baja” ibu terima kasih,
salam hangat dari anakmu…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)