Selamat malam buat semua teman-teman PMKO. Lama tak bersua, mimin dapat kabar dukacita jika salah satu rekan kita, Hendry Bakri harus kehilangan ibu tercinta. Buat teman-teman yang sering tongkrongin blog ini pasti mengenal sosoknya. Beliau salah satu dari beberapa orang yang sering mengirim tulisan buat postingan di blog ini. Berikut salah satu tulisannya mengenai sosok Ibunya...silahkan membaca...
Remang-remang cuaca, ketika laba-laba perak masih tertidur pulas
dalam jaring yang membuatnya nyaman, sinar matahari belum mampu menembus
sisa-sisa gelap, dan rumput masih basah akibat hujan yang memandikan bumi tadi
malam. Seorang wanita telah bangun seiring ayam berkokok menandakan pagi.
Melagukan nyanyian sorgawi sambil menaikan syukur pada Sang Khalik seraya
menaikan sebait doa akan kemahakuasaan Tuhan pada dirinya dan
seorang anak yang dikasihi. Wanita mulia tersenyum memandang buah hatinya yang
masih terlelap dalam bunga mimpi yang indah. Wanita mulia bermental baja
membesarkan anak tanpa sosok ayah, demi keagungan Negara gugur berpeluh darah
di medan jaya. Tak ada rasa kecewa, meski Negara mengabaikan jasa, dengan
tegar ia bangga pada pria pujaan hati yang telah pergi untuk selamanya,
berjuang untuk mempertahankan kedaulatan Negara. “Wanita bermental baja” mampu menanggung
pekatnya hidup.
“bu mengapa ayah harus pergi berperang ? dan mengapa ayah belum juga pulang??
apakah ayah tidak sayang pada kita ?” pertanyaan yang sering ditanyakan bocah
kecil kepada “wanita
bermental baja”.
air mata mengikis belahan pipi yang lembut, ia mampu bertahan akan hidup namun
hatinya tak mampu bercerita sejujurnya pada anak yang sangat cintainya. Dia
takut anaknya tak sekuat dia, rapuh dan luluh menerima cobaan hidup.
“anakku, kau masih terlalu kecil untuk
mengerti,, tapi jika waktunya tiba kau akan mengerti, ayahmu sangat sayang
padamu, namun yang harus kau ingat berjuang untuk Negara adalah tugas mulia,
serahkan semua jiwa ragamu pada Negara tanpa pamrih…cepatlah besar,
belajarlah yang rajin buat ibu dan ayahmu bangga, ciptakanlah perdamaian,
keutuhan dan kemajuan Negara ini ada di tanganmu…buatlah duka jadi
senyum..percayalah ayah pasti akan kembali dan ayah sangat menyayangimu “ kata “wanita bermental baja” dalam
tangis yang tak bisa terbendung.
Dua Puluh tahun berlalu, kata-kata itu masih terbesit di
kepalaku . . .namun aku semakin mengerti betapa mulianya “wanita bermental baja” dan
itu ibuku. Aku mengerti Negara membutuhkanku, namun aku tau aku tak akan
menunggu kepulangan ayah, karna itu sia-sia, ayah telah pergi untuk selamanya
dan aku bangga pada ayah, salam hormatku padamu aku juga mencintaimu . .
.mencintai Negara ini, berjanji melanjutkan cita-citamu namun dengan caraku
sendiri.
Terima kasih “wanita
bermental baja” ibu terima kasih,
salam hangat dari anakmu…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)