![]() |
Sumber gambar : Google |
Untuk
menjawab pertanyaan ini maka ada satu perkataan Yesus yang dapat dijadikan
acuan. Matius 15:11, “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut
yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan
orang.” Lebih jauh lagi kita dapat juga melihat penjelasannya di Matius
15:17-18, Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut
turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut
berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Ayat – ayat di atas
jelas memberikan jawaban kalau sebenarnya tidak ada makanan yang haram. Jika
memang masih ada makanan yang diharamkan, maka apakah kematian Kristus di kayu
salib tidak cukup?
Jadi
boleh makan apa saja dong?
Tidak
ada makanan yang haram tidak berarti juga kita boleh makan apa saja. Kita juga
harus berhikmat apa yang baik masuk ke dalam mulut kita untuk menjaga tubuh
yang diberikan Tuhan ini kepada kita agar tetap sehat. Roma 14:21, Baiklah
engkau jangan makan daging atau minum anggur, atau sesuatu yang menjadi batu
sandungan untuk saudaramu. Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah,
jangan sampai karena kita memakan sesuatu, itu akan menjadi batu sandungan bagi
orang lain. Contohnya akan diberikan di bawah.
Di
hukum taurat bukannya ada yang haram ya?
Ya,
benar sekali dalam hukum taurat, tepatnya di Imamat 11 dan Ulangan 14:3-21,
terdapat makanan yang memang diharamkan. Tetapi Yesus sudah datang dan
menggenapkan hukum taurat ini. Hukum taurat adalah bayang – bayang dan wujudnya
adalah Kristus. Kristus tidak pernah membatalakan hukum taurat, melainkan
menggenapinya. Dalam bahasa aslinya, penggenapan ini dapat juga diartikan
dengan kata “mengakhiri”. Saya tidak akan membahas panjang lebar di sini,
tetapi intinya adalah Yesus sudah menggenapi hukum taurat tersebut dengan
darah-Nya yang tercurah di kayu salib.
Bagaimana
dengan Kisah Para Rasul 21:25?
Kis
21:25, Tetapi mengenai bangsa-bangsa lain, yang telah menjadi percaya, sudah
kami tuliskan keputusan-keputusan kami, yaitu mereka harus menjauhkan diri dari
makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang
yang mati dicekik dan dari percabulan. Seperti yang dikatakan sebelumnya
bahwa tidak ada makanan yang diharamkan lagi bukan berarti boleh memakan semua
makanan. Ayat di atas adalah keputusan (oleh para rasul) kepada orang Kristen
non-Yahudi pada saat itu agar tidak makan makanan yang seperti disebutkan di
atas. Seperti yang kita ketahui bahwa orang Yahudi, walaupun sudah menjadi
Kristen, masih sangat kental dengan hukum taurat, oleh karena itu pada saat itu
para rasul mengambil keputusan untuk melarang orang Kristen non-Yahudi agar
tidak memakan makanan tertentu, alasannya jelas, agar tidak terjadi perselisihan
antara orang Kristen Yahudi dan orang Kristen non-Yahudi pada saat itu.
Diulangi lagi, pada saat itu. Seperti yang dikatakan sebelumnya, tidak ada yang
diharamkan bukan berarti boleh memakan apa saja, harus berhikmat juga dalam
memilih makanan. Dalam hal ini para rasul berhikmat untuk melarang beberapa
jenis makanan agar orang Kristen Yahudi dan orang Kristen non-Yahudi bisa tetap
bersatu dan tidak terpecah. Ini merupakan contoh sederhana dari yang disebutkan
pada Roma 14:21, jangan sampai karena orang Kristen non-Yahudi memakan sesuatu,
itu menjadi batu sandungan dan menjadi sumber pertengkaran dengan orang Kristen
Yahudi.
Kesimpulannya
adalah, walaupun tidak ada makanan yang diharamkan, bukan berarti kita boleh
memasukkan apapun ke dalam mulut kita, kita juga harus berhikmat apa yang boleh
kita makan dan apa yang tidak boleh kita makan untuk menjaga tubuh yang
diberikan Tuhan tetap sehat dan tidak menjadi batu sandungan untuk orang lain.
Sumber : Tanya Alkitab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ayo, jangan hanya jadi silent reader..Bersuaralah dengan memberikan komentar-komentar yang membangun..:)